Kapita Selekta 29 Agustus
2013
Speaker : Mr. Sarwono Hardjomuljadi
Dr, Ir, MSC, MSBA, MDBF, ACIArb, ACPE.
Speaker : Mr. Sarwono Hardjomuljadi
Dr, Ir, MSC, MSBA, MDBF, ACIArb, ACPE.
Bagi pelaku dunia komunikasi sangatlah penting dan menarik untuk belajar bagaimana caranya dapat membina dan membangun komunikasi yang baik terhadap suatu kelompok sosial tertentu, hal tersebut juga dirasakan oleh kelompok kami terutama saat mendengarkan penjelasan secara langsung dari Mr. Sarwono Hardjomuljadi dalam memberikan studi kasus berdasarkan pengalamannya melakukan proyek pemerintah yaitu, mengenai pembebasan lahan.
Melalui kuliah umum yang Beliau berikan, kelompok kami memahami bahwa pemahaman seorang praktisi komunikasi terhadap komunikasi antar budaya sangatlah penting untuk melakukan proses komunikasi dengan pihak atau kelompok sosial tertentu.
Menurut Beliau yang kerap kali bekerja di linkungan pembangunan infrastruktur di Indonesia, masalah yang kerap kali dihadapi oleh Beliau adalah permasalahan pembebasan lahan di proyek pembangunan infrastruktur tersebut.Sama halnya seperti masalah yang Beliau hadapi di Sumatera Utara ketika Beliau dikirim oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk menyelesaikan permasalahan pembebasan lahan yang sulit oleh masyarakat setempat.
Pada tahun 1995, Beliau ditugaskan ke Sumatera Utara untuk menangani masalah infrastruktur milik PLN. Dimana masyarakat yang tinggal disana terkenal sangat sulit untuk membebaskan tanah milik mereka. Hal ini menyebabkan proyek ini sempat terhenti 1,5 tahun karena kendala berhentinya pasokan listrik.
Lalu bagaimana cara untuk mengatasinya ?
Akhirnya beliau berinisiatif untuk melakukan pendekatan positif . Beliau menggunakan pendekatan dengan memasuki budaya yang lain dari budaya asalnya, studi kasus yang diberikan adalah datang ke Sumatera Utara secara baik - baik, bergaul serta mulai mengikuti adat istiadat (budaya) masyarakat Sumatera Utara mulai dari cara makan, tidur, dan canda gurau.
1. Mempelajari budaya
Keberagaman masyarakat Indonesia membuat tingkah laku dan kebiasaan tiap tiap masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya, kita harus dapat memahami secara benar kemauan dari orang tersebut, tidak bisa dari rupa orang tersebut. Kita harus tahu betul mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan di kebudayaan tersebut. Selain itu, kita juga harus saling menghormati budaya masing – masing.Orang yang memiliki rupa kasar, belum tentu orang tersebut berperilaku kasar pula. Sebagai pelaku komunikasi tentu kita harus mengetahui perilaku dan kemauan dari orang lain berdasarkan kultural dan habbit, penting untuk dapat menentukan tindakan yang tepat, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman.
2. Empati
Dengan cara merasakan perasaan yang sama dengan orang tersebut, serta merasakan perasaan sebagai masyarakat.Selain itu, kita harus merasa menjadi bagian dari masyarakat tersebut untuk merasakan kebersamaan dan empati di dalam kebudayaan itu.
3. Mulai Masuki Kebudayaan
Memasuki kebudayaan orang lain yang asing dengan kita, jangan sampai orang yang kita masuki budayanya merasa tersinggung dengan tingkah laku kita, di berbagai daerah khususnya Sumatera Utara, makan secara bersama sama, dan makan dengan tampah besar serta wanita tua yang makan dengan tangannya kemudian menjilati tangannya, dan mengambilkan makanan menggunakan tangannya untuk kita, hal tersebut menurut kita sangat jorok, namun apabila tidak kita terima tentu saja merupakan sebuah penghinaan.
4. Penyesuaian Diri
Menyesuaikan diri dengan budaya orang lain tentu agar dapat diterima oleh masyarakat setempat, tidak pantas apabila mengenakan baju dress pantai di daerah pegunungan. Hal tersebut sesuai dengan peribahasa : Right man in the right place.
Kita harus pandai pandai menyesuaikan diri. Tak jarang dalam menjalankan suatu misi ketika berada disana beliau menemukan hambatan maupun rintangan antara lain adalah misscommunication. Karena, pada dasarnya budaya asal beliau sangat bertolak belakang dengan kehidupan masyarakatnya. Namun, beliau terus berjuang untuk mencapai misi yang telah diamanatkan pada dirinya.
Sehingga beliaupun akhirnya berhasil menyelesaikan misi tersebut dengan sukses dan menurutnya perbedaan bukanlah suatu hal yang perlu untuk diperdebatkan, sehingga memunculkan terjadinya pergeseran budaya, moral dan nilai lainya.
-------------------------------
Selain memberikan pengetahuan mengenai pendekatan komunikasi antar budaya ketika Beliau sedang bekerja, Beliau juga sempat menceritakan mengenai Mr. Toni Ruttimann. Seorang warga negara kebangsaan Swiss yang mengabdikan hidupnya untuk membangun jembatan gantung secara gotong-royong secara gratis di beberapa wilayah di Indonesia. Dan Toni mampu melakukan pendekatan kepada warga yang tinggal di daerah tersebut untuk sama-sama membangun jembatan gantung secara gratis di daerah maupun desa mereka.
Melalui pembicaraan Mr. Sarwono, Beliau sangat kagum terhadap Mr. Toni Ruttimann. Karena dedikasi yang diberikan oleh Mr. Toni Ruttimann sangatlah luar biasa. Berdasarkan pengalaman dari Mr. Sarwono Hardjomuljadi selama mata kuliah Kapita Selekta membuat kelompok kami merasa setuju dan menyadari bahwa setiap masalah pasti dapat terselesaikan dengan baik saat kita pun harusnya mampu berpikir untuk mencari jawaban atau solusi dari sebuah masalah dan bukan hanya berpikir pada inti masalah itu terus-menerus. Kami juga setuju bahwa dalam melakukan pendekatan saat memasuki kebudayaan baru, kepercayaan adalah hal yang paling utama. Karena ketika orang lain mulai percaya dengan kita, berarti kita sudah berhasil untuk melakukan pendekatan kepada mereka. Sama seperti apa yang Mr. Sarwono lakukan.
Ketika Beliau mampu berbaur dengan masyarakat setempat dan mampu menghargai dan masuk ke kebudayaan suku Batak, Beliau akhirnya mampu melakukan negosiasi dengan masyarakat setempat. Melakukan identifikasi masalah apa saja yang akan kita hadapi juga menjadi sebuah point yang penting dalam melakukan pendekatan ke kebudayaan lain. Karena kita harus mengetahui dan mencari tahu kira-kira masalah apa yang akan kita hadapi lalu mencari solusi dan menerapkannya. Misalnnya saat pembebasan tanah itu, Mr. Sarwono mengedepankan itikad baik ketika mulai melakukan negosiasi dengan masyarakat setempat untuk mau membebaskan lahan mereka. Kami berpikir bahwa perencanaan yang tepat akan menghasilkan hasil yang tepat pula. Seperti apa yang telah Mr. Sarwono lakukan. Beliau sudah membuat perencanaan sedemikian rupa, melakukannya dengan baik sehingga menghasilkan hasil yang Beliau inginkan. Yaitu kesediaan masyarakat untuk membebaskan lahan tersebut. Selain itu kepekaan intuisi juga diperlukan dalam mengerjakan proyek yang dijalani oleh Mr. Sarwono.
Karena seorang praktisi komunikasi harus mengasah kepekaan intusinya. Karena komunikasi tidak hanya melulu tentang teori. Tetapi komunikasi itu segalanya.Apa yang telah diberikan Mr. Sarwono saat memberikan kuliah umum kemarin adalah membuka mata kami sebagai praktisi komunikasi untuk memahami pentingnya komunikasi antar budaya dalam melakukan komunikasi bisnis. Karena pemahaman komunikasi antar budaya yang baik akan melancarkan proses komunikasi bisnis tersebut. Sehingga bisa menghasilkan hasil yang kita inginkan.
Misalkan adanya kesepakatan atau kerjasama yang menguntungkan. Karena sebagai praktisi komunikasi, kita akan berhubungan dengan banyak orang nantinya. Dan orang tersebut bisa berasal dari mana saja dan tentu saja dengan kebudayaannya masing-masing. Bisa dengan budaya yang sama dengan kita, tetapi akan lebih banyak pula kita akan berhubungan dengan orang lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kita. Sehingga untuk menghasilkan kesepakatan dan hasil yang kita inginkan, seorang praktisi komunikasi harus memahami komunikasi antar budaya lawan bicaranya. Misalnya kebiasaan lawan bicaranya, adat istiadat lawan bicaranya, budaya lawan bicaranya dan lain-lain.Beliau tidak hanya memberikan bantuan secara bentuk materiil saja melainkan, juga ikut terjun langsung bersama dengan masyarakat yang notabenenya tinggal dan butuh jembatan gantung di daerahnya.
Ia sangat mahir berkomunikasi dengan warga sekitar walaupun berbeda bahasa tapi mereka memiliki 1 visi dan misi yang sama yaitu, mencapai hasil yang terbaik dalam usaha pembangunan jembatan gantung. Agar nantinya saat kita berbicara dengan orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kita, kita bisa menghargai kebiasaan mereka dan berupaya untuk tidak menyinggung mereka. Baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu sebelum berbicara dan berkomunikasi dengan lawan bicara yang berbeda kebudayaan dengan kita, kita perlu pahami dan cari tahu bagaimana kebudayaan lawan bicara kita itu.
Sekilas
mengenai pembicara :
Mr.Sarwono Hardjomuljadi adalah Penasehat Khusus Menteri Pekerjaan Umum , konsultan individu pada manajemen kontrak konstruksi dan penyelesaian sengketa dalam proyek konstruksi.
Beliau merupakan dosen di Sipil Program Graudate Teknik Universitas Katolik Parahyangan dan Universitas Tarumanagara pada Administrasi Kontrak Konstruksi , FIDIC International Trainer Terakreditasi ( FIDIC - IAT ) , Associate Anggota Chartered Institute of Arbiter ( ACIArb ) , Country Representative untuk Indonesia Resolusi Sengketa Internasional Dewan Foundation ( DRBF ).
Beliau juga merupakan Wakil Ketua Hukum , Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari LPJKN ( Badan Nasional Pengembangan Jasa Konstruksi ) , Indonesia Chartered Professional Engineer ( PE - HATHI ) , ASEAN Chartered Professional Engineer ( ACPE ) , anggota INACOLD , anggota Asosiasi Insinyur Indonesia ( PII ) . Memiliki 30 tahun pengalaman dalam kegiatan konstruksi sebagai Panitia Pengadaan , Project Manager dan Koordinator Proyek beberapa Hydro Proyek Tenaga Listrik serta Proyek Panas Bumi di Indonesia dan sebagai Saksi Ahli , Sengketa Dewan untuk beberapa proyek .
Menjadi penulis beberapa buku yaitu Pentingnya Keputusan Manajemen dalam Kontrak Konstruksi berdasarkan FIDIC GCC ( 1999 ) , Strategi Klaim Konstruksi berdasarkan Ketentuan FIDIC Kontrak ( 2006 ) , Tunneling , Metode Konstruksi dan Administrasi Kontrak ( 2007 ) dan penerjemah ke dalam bahasa Indonesia Kondisi FIDIC Kontrak Konstruksi fo MDB Harmonised Edition ( 2008 ) , EPC / Turnkey Project ( 2010 ) dan Short Form Kontrak ( 2010 ) .
0 comments:
Post a Comment