TUGAS KE - 11
KAPSEL 21 November 2013
BEDAH BUKU OEI TJOE TAT
PEMBICARA : Mr. STANLEY
JUDUL : PERAN ETNIS TIONGHOA DALAM MEMBANGUN NEGERI
Hampir sebagian besar manusia ketika atau yang
masih duduk di bangku SD sampai SMA berpendapat bahwa pelajaran sejarah adalah
hal yang membosankan karena hanya berisi cerita mengenai masa lalu. Namun,
sebenarnya sejarah merupakan mata pelajaran yang sangat dibutuhkan oleh setiap
manusia agar dapat bermanfaat di masa sekarang. Pada dasarnya sejarah membuat
kita tahu dan kenal karakter atau tradisi akan suatu hal, sadar untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama, dan belajar untuk hidup lebih baik ke depannya.
Sehingga tidaklah mengherankan apabila kakek-nenek atau orang tua kita selalu
berusaha untuk menurunkan cerita, benda, serta tradisi secara turun-temurun
terhadap generasi selanjutnya di mana hal tersebut diharapkan dapat menjadi
harta kekayaan atau warisan yang tiada tara bagi kehidupan manusia, sebab tanpa
adanya sejarah maka kita tidak akan pernah mengerti bagaimana cerita kehidupan
kita sebelumnya.
Membahas mengenai sejarah maka, kelas kapita
selekta minggu lalu kami kedatangan dua orang pembicara yang memiliki minat
sangat luar biasa terhadap hal-hal sejarah. Mereka adalah bapak Yoseph Adi
Prasetyo (Stanley) beliau merupakan
Komisioner Dewan Pers dan salah seorang perwakilan dari komunitas KKPK yaitu
Ibu ella di mana mereka berbagi cerita mengenai kehidupan seseorang beserta
bagaimana kehidupan bangsa Indonesia yang penuh dengan kontroversi pada saat
masa peralihan dari orde lama ke orde baru.
Bapak Stanley mengatakan karena minatnya akan
hal-hal sejarah sehingga beliau mendapat kesempatan yang luar biasa untuk
bertemu dan berkenalan dengan sosok Oei Tjoe Tat saat beliau duduk di bangku
kuliah. Setelah pertemuan tersebut dan seiring berjalannya waktu, beliau pun
akhirnya dapat menjalin hubungan yang cukup akrab dengan Oei Tjoe Tat yang
pernah menjabat sebagai menteri negara Indonesia dan dikenal sebagai Pembantu
Presiden Soekarno. Walaupun Oei Tjoe Tat berasal dari etnis Tionghoa namun,
bapak Stanley menilai sikapnya begitu sangat Indonesia sehingga tidaklah sulit
bagi Oei Tjoe Tat untuk beradaptasi dengan masyarakat Indonesia pada masa itu.
Begitu menariknya cerita kehidupan seorang Oei
Tjoe Tat membuat tergeraklah hati bapak Stanley untuk menuangkan kisah
kehidupannya ke dalam tulisan agar banyak orang dapat mengenal dan merasa
terinspirasi oleh sosok Oei Tjoe Tat. Beliau membuat tulisan ini tidaklah
sendiri namun, bersama dengan temannya yang juga mengenal sosok Oei Tjoe Tat
akhirnya mereka bekerja sama dan membagi tugas dalam membuat tulisan tersebut
di mana kini mereka berhasil membuatnya menjadi sebuah buku biografi yang
berjudul Oei Tjoe Tat.
Buku ini
menceritakan riwayat hidup Oei Tjoe Tat, seorang Cina peranakan yang
berkecimpung dalam dunia elite bangsa Indonesia dan mencapai puncak kariernya
sebagai " PEMBANTU PRESIDEN SOEKARNO ", yaitu sebagai Menteri Negara
diperbantukan kepada Presidium Kabinet Dwikora.
Beliau adalah salah seorang anggota Komisi
Pencari Fakta yang dibentuk Presiden Soekarno untuk mengetahui berapa banyak
korban yang jatuh sebagai epiloog peristiwa berdarah G30S, dimana terjadi balas
dendam yang sangat berdarah terhadap orang-orang yang dituduh sebagai
anggota-anggota PKI.
Kariernya berakhir pada tanggal 13 Maret 1966,
saat beliau dikenakan tahanan rumah untuk selanjutnya menjadi seorang TAPOL,
Belaiu tidak pernah terbukti terlibat dalam peristiwa G30S/pki, karena beliau
memang bukanlah seorang Komunis. Oei Tjoe Tat dan masih banyak lagi tokoh yang
lainnya, harus menjadi tahanan politik sebagai kosekuensi kesetiaannya kepada
Presiden Soekarno.
Oei Tjoe Tat bukanlah seorang Komunis, hal ini
nampak dari begitu banyaknya pejabat-pejabat yang masih mau bersahabat dengan
beliau setelah beliau dibebaskan dari penjara politik, hal ini akan kita dapati
dalam buku ini tidak hanya dalam bentuk kata-kata, dalam buku ini terdapat foto
Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang berkunjung ke rumahnya, kemudian Wakil
Presiden Adam Malik, bahkan beliaulah yang mendesak Presiden Soeharto agar
segera membebaskan Oei Tjoe Tat., lalu diceritakan juga bagaimana masih cukup
banyak tamu yang hadir dalam acara pernikahan anak beliau, padahal banyak yang
tidak diundang, termasuk Gubernur DKI jakarta, Ali Sadikinpun hadir.
Buku terbitan HASTA MITRA ini terhitung berani,
mengingat buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1995, saat Soeharto masih
sangat berkuasa. Di dalamnya terdapat beberapa hal yang saat itu dianggap
sangat riskan untuk diterbitkan sebagai bacaan umum, diantaranya, tentang
percakapan beliau dengan Sultan, tentang keluhan Jenderal M. Jusuf, yang
mengeluh tentang anak-anak Soeharto, tentang Film Janur Kuning yang menekankan
pada jasa Soeharto, padahal serangan " ENAM JAM DI YOGYA " itu adalah
inisiatif Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dalam buku ini juga Sultan mengatakan,
" Bagaimana mungkin seseorang yang sedang bergerilya dalam hutan dapat
mendengarkan siaran BBC, apalagi dalam bahasa asing ? Apa waktu itu orang sudah
mahir berbahasa asing ?
Dan masih banyak lagi AIB bagi beberapa orang
yang lain yang ditulis dengan terus terang.Yang juga menarik adalah 3 orang
yang memberikan tanggapan atas terbitnya buku ini yang terdapat pada bagian
belakang buku ini, mereka adalah para tokoh yang terpandang di Indonesia, yaitu
K.H. ABURRAHMAN WAHID (yang kemudian menjadi Presiden RI), Romo Y. B.
MANGUNWIJAYA dan Sejarawan terkemuka ONGHOKHAM.
Buku yang memiliki nilai sejarah ini
mengajarkan kita bahwa sejarah memiliki arti yang sangat penting dalam
kehidupan sebuah bangsa, karena peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa
lampau dari sebuah bangsa itu akan menjadi sebuah pedoman atau pegangan hidup
dari bangsa tersebut di masa sekarang dan dimasa depan.
0 comments:
Post a Comment